LPI HIDAYATULLAH- Suatu Lembaga pendidikan (Universitas ataupun Sekolah) tentu terus berupaya dalam mendidik siswanya menjadi generasi masa depan yang baik dan berakhlak mulia. Apalagi didukung dengan perkembangan teknologi dan dunia pendidikan yang kian pesat, Lembaga pendidikan juga perlu continue improvement dalam menghadapi perkembangan zaman.
Tak hanya berfokus pada pengelolaan management suatu lembaga/Universitas/Sekolah saja. Kualitas pembelajaran juga menjadi faktor penentu mutu lulusan dan membentuk karakter siswa. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah cara pengajar (Guru/Dosen) dalam mendidik siswa di era perkembangan zaman,
Terkait hal ini, Mantan Rektor Universitas Indonesia periode 2014–2019, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met membagikan ilmu penting mengenai 3 pilar utama yang wajib diperhatikan para Guru/Dosen dalam mendidik siswa di era perkembangan zaman.
Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met mengungkapkan, hal yang paling ditakutkan di era perkembangan zaman adalah masalah akhlak para siswa/mahasiswa generasi sekarang. Untuk itu, para Guru/Dosen perlu memahami 3 pilar utama dalam mendidik siswa.
“Yang paling saya khawatirkan pada generasi sekarang ini adalah masalah akhlak. Akhlak itu yang perlu kita kedepankan. Membentuk akhlak itu perlu melalui proses. Nah, kalau kita lihat kebutuhan-kebutuhan era modern ini, ada 3 pilar utama yang perlu kita perhatikan dalam dunia pendidikan,” ujar Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met saat bersilaturahmi ke Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah Yayasan Abul Yatama Semarang, Sabtu 17 Juni 2023 di Aula SMA Islam Hidayatullah Semarang.
Nah penasaran? berikut 3 pilar utama yang wajib diperhatikan Guru/Dosen dalam mendidik siswa di era perkembangan zaman:
- KARAKTER SISWA
Dalam hal ini, salah satu fokus utama yang wajib diperhatikan adalah mengenai karakter moral. Karakter moral itu sendiri seperti akhlak, kejujuran, ketaqwaan, kerja keras, rajin, tangguh, hingga semangat pantang menyerah para siswa. Berikut penjabarannya.
- Mendidik siswa agar memiliki akhlak baik
“Akhlak itu bisa terbangun kalau kita punya iman yang kuat. Dengan iman yang kuat yang ada pada dirinya, melalui kegiatan-kegiatan yang memang sudah diwajibkan untuk kita jalankan dalam agama kita tentu itu akan menghasilkan taqwa,”
- Mendidik siswa untuk jujur dan bertaqwa
“Taqwa itu harus terikat dengan perilaku kita. Kejujuran kalau kita tidak bisa jadi insan/manusia yang jujur berarti kita belum taqwa,”
- Mendidik siswa untuk kerja keras dan kerja cerdas
“Kinerja juga berpengaruh terhadap karakter. Sering dulu kita bilang kerja keras. Tapi sebetulnya kerja keras belum cukup, tapi kita harus kerja cerdas. Kerja cerdas itu artinya efektif, memanfaatkan fasilitas yang ada, teknologi yang kita hadapi saat ini bukan sebagai tantangan tapi justru peluang. Bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi itu untuk membantu kita menjadi insan yang punya kecerdasan tertentu,”
- Mendidik siswa untuk terus tangguh, rajin dan tidak mudah menyerah
- KOMPETENSI SISWA
Dalam hal ini, untuk mendukung kompetensi siswa, para Guru/Dosen harus mampu memberikan pembelajaran kreatif (seperti memanfaatkan media/teknologi yang ada). Tidak hanya terpaku pada materi dari lisan Guru/Dosen saja.
“Justru yang harus kita lakukan agar kompetensi melekat pada siswa kita adalah kita harus memfasilitasi mereka agar mampu berpikir kritis melalui metode pembelajaran yang kita kembangkan. Jangan terlalu berpusat kepada guru,” ujar Prof. Anis.
Beliau juga menyarankan agar Guru/Dosen menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran. Hal ini dirasa mampu meningkatkan kreativitas, menjadikan siswa aktif dan percaya diri menyampaikan aspirasi/ pendapatnya.
“Kemudian kita aplikasikan agar kreativitas mereka bisa tergali/ tereksplor. Selanjutnya kita latih. Kalau ada siswa yang pendiam kita harus encourage (mendorong) agar dia mau berkomunikasi dan bisa meningkatkan kemampuan dirinya. Kita tidak perbolehkan siswa kerja sendiri, harus mampu bekerjasama (bukan nyontek), kerjasama dalam artian berdiskusi,” tambah beliau.
- LITERASI
Dalam hal ini adalah keterbukaan wawasan melalui literasi. Literasi itu sendiri dibedakan atas 4 yaitu :
- Literasi Baca.
Dengan mengajarkan siswa untuk gemar membaca, tentu menjadi jembatan ilmu dan menambah wawasan siswa.
“Kita budayakan agar siswa membaca. Seperti dalam Al-Qur’an itu ayat pertama adalah IQRO (bacalah),” tutur Prof Anis.
- Literasi Budaya.
Keanekaragaman budaya di Indonesia yakni dari Sabang sampai Merauke, tentu dapat menjadi peluang bagi para siswa untuk belajar dan mengeksplore pengetahuan mereka tentang aneka budaya di Indonesia.
“Kita harus sadar kita punya budaya yang beragam. Justru dengan kekayaan budaya ini bisa kita manfaatkan untuk membuka wawasan,” tutur Prof. Anis
- Literasi Teknologi
Adanya banyak media dan aplikasi yang mendukung pembelajaran siswa. Kita bisa manfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Salah satunya saat proses diskusi. Namun proses diskusi belajar akan lebih intensif jika dilakukan secara langsung (tatap muka). Media hanya sebagai alat bantu saja.
“Disini ada teknologi aplikasi chat diskusi, jangan kita larang mereka menggunakan itu. Aplikasi chat diskusi ini kita gunakan pada akhir mereka berdiskusi dengan teman-temannya untuk membuktikan hasil diskusi mereka,” ujar Prof Anis.
“Kalau langsung menggunakan aplikasi chat diskusi maka akan sia-sia. Diskusi itu adalah proses, anak akan terlibat dalam diskusi, mengeluarkan pendapat-pendapatnya dan terjadilah komunikasi yang baik,” tambahnya.
- Literasi Keuangan
Literasi keuangan juga dirasa penting diberikan seorang Guru/Dosen pada siswanya. Apalagi pemahaman mengenai investasi keuangan yang bisa bermanfaat di masa mendatang.
“Siswa kita juga harus tahu literasi keuangan. Jadi keuangan itu jangan hanya diarahkan pada yang sifatnya konsumtif. tapi bagaimana dari awal sudah terdidik untuk dia bisa berfikir sebagai investasi. Pendidikan itu juga adalah investasi yang akan bermanfaat dikemudian hari,” tutur beliau.
Diakhir pemaparannya, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met berpesan bahwa kita harus menjadi fasilitator dalam mempersiapkan siswa menghadapi tantangan perkembangan zaman.
“Itulah pilar-pilar yang bisa saya sampaikan dari pengalaman managerial dan tentunya kita bisa melihat, anak-anak generasi muda ini betul-betul beda dengan zaman kita. Kita harus didik mereka itu seolah-olah kita tahu 20 tahun yang akan datang. Supaya mereka survei apa yang akan mereka lakukan masa depan,” tutur Prof Anis.
“Jangan kita berfikir, menjadikan anak didik kita bintang, kita tidak mampu. Tapi bagaimana kita sebagai fasilitator memberikan fasilitas kepada mereka apapun bentuknya itu agar mereka bisa berpikir kritis, kerjasama, berakhlak mulia, agar mereka menjadi kaum yang beriman, berilmu dan beramal sholeh,” pungkasnya*** (Asri Aulia/ Humas LPI Hidayatullah)