(hari Sabtu tanggal 22 Mei 2021) Oleh: Ustadz Amin Taufiq, LC.

Pada awal kajian Ustadz Amin Taufik menyampaikan pengantar berkenaan dengan tausiah halal bi halal. Memasuki bulan Syawal setelah umat Islam berhasil menjalankan puasa Ramadhan dan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. maka kesalahan yang hubungannya dengan sesama manusia dibutuhkan untuk saling memaafkan terhadap sesama. Islam mengajarkan agar kita mudah memaafkan orang lain sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw. ketika menghadapi musuhnya yang nyaris membunuhnya dengan pedang ketika Rasulullah Saw. tertidur, tetapi berbalik Rosulullah Saw yang memegang pedang sehingga dengan mudah untuk membunuh musuh tersebut tetapi Rosulullah Saw. memaafkan dengan melepaskan musuhnya tersebut. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Ali Imron ayat 134, salah satu tanda orang yang bertaqwa yang menjadi ahli surga adalah mudah memaafkan terhadap kesalahan orang lain.

Disampaikan kisah suatu saat Rasulullah menyampaikan kepada para sahabat bahwa sebentar lagi akan datang pemuda ahli surga, kemudian laki-laki anshor  yang masuk masuk masjid dengan membawa sandal di tangan kirinya dan jenggotnya masih basah bekas air wudhu. Peristiwa ini terulang sampai tiga kali terhadap laki-laki tersebut yang berpenampilan biasa. Oleh karena itu ada salah sahabat yaitu Abdullah bin Amr bin Ass penasaran terhadap laki-laki tersebut tentang amalan apa yang dilakukan sehingga Nabi Saw. sampai tiga kali menyampaikan bahwa dia adalah ahli surga. Akhirnya Abdullah bin Amr bin Ass menginap di rumah laki-laki tersebut sampai tiga hari tetapi tidak menjumpai amalan istimewa yang dilakukan oleh laki-laki tersebut, yang dilakukan adalah kewajiban-kewajiban ibadah yang pokok saja. Sehingga pada saat berpamitan ingin pulang laki-laki tersebut berkata kepada Abdullah bin Amr bin Ass “ saya tidak mendapati di dalam hatiku rasa ‘ngghis’ terhadap kaum mukminin”. Jadi tidak ada rasa ‘ngghis’ atau “ngghil” atau “nggrundel” terhadap orang-orang yang beriman, itu adalah kuncinya. Dan itu merupakan amalan hati yang tidak bisa secara jelas dilihat oleh orang.

Tausiah lainnya yang disampaikan oleh Ustadz Amin Taufik adalah:

  • Perlunya ada peningkatan amalan yang istiqomah sebagai wujud bekas atau atsar setelah menjalankan ibadah pada bulan Romadhan. Contohnya melakukan infak pada waktu subuh ketika ke masjid.
  • Terus selalu berdoa agar amal-amal kita di bulan Romadhan diterima Allah Swt.
  • Ibu-ibu agar rajin mendoakan anak-anaknya, karena doa seorang ibu akan diijabah oleh Allah Swt, sebagaimana kisah ibunya Imam Bukhori yang selalu mendoakan Imam Bukhori yang waktu kecil mengalami kebutaan kemudian disembuhkan Allah Swt.

Menjelang akhir kajian Ustadz Amin Taufik melanjutkan kajian kitab Asyamail Muhammadiyah:

“Rasulullah saw. tidak berperawakan terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Beliau berperawakan sedang diantara kaumnya. Rambut tidak keriting bergulung dan tidak pula lurus kaku, melainkan ikal bergelombang. Badannya tidak gemuk, dagunya tidak lancip dan wajahnya agak bundar. Kulitnya putih kemerahmerahan. Matanya hitam pekat dan bulu matanya lentik. Bahunya bidang. beliau memiliki bulu lebat yang memanjang dari dada sampai ke pusat. Tapak tangan dan kakinya terasa tebal. Bila Beliau berjalan, berjalan dengan tegap seakanakan Beliau turun ke tempat yang rendah……..

(bersambung pada kajian berikutnya)

 

 

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!